Alkulturasi : Pengertian, Contoh, Proses & Bentuknya (Lengkap)

Alkulturasi : Pengertian, Contoh, Proses dan Bentuknya (Lengkap) –  Dalam memahami  psikologi lintas-budaya, penting untuk membedakan antara akulturasi pada tingkat kelompok dan tingkat individu. Untuk lebih jelasnya yuk simak ulasan StudiNews berikut ini.

Alkulturasi : Pengertian, Contoh, Proses dan Bentuknya (Lengkap)

Ketika ingin memahami hubungan antara kontak budaya dan keluaran psikologis untuk individu- individu. Kita perlu menaksir (dengan menggunakan pengukuran terpisah) perubahan pada tingkat populasi dan partisipasi individu dalam perubahan- perubahan ini. Kemudian menghubungkan dua pengukuran itu ke konsekuensi-konsekuensi psikologis untuk indvidu.

Pengertian Akulturasi Menurut Para Ahli

Alkulturasi berasal dari bahasa Latin yaitu “acculturate” yang artinya  “tumbuh dan berkembang bersama”. Secara umum, pengertian akulturasi (acculturation) merupakan suatu perpaduan budaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya tersebut. Misalnya pada sebuah proses percampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga dapat saling memengaruhi.

Akulturasi bisa terjadi melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara lain sebagai berikut.

  • Pada semua lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau bahkan antar individu dalam dua masyarakat.
  • Dalam situasi bersahabat atau situasi bermusuhan.
  • Antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam seluruh unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa. teknologi. kemasyarakatan. agama, kesenian, maupun ilmu pengetahuan.
  • Antara masyarakat yang jumlah warganya banyak atau sedikit.
  • Baik antara sistem budaya, sistem sosial, maupun unsur budaya fisik.

Proses Akulturasi Islam dan Kebudayaan Asal

Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam perkembangannya alkulturasi mempengaruhi berbagai sistem sehingga menjadi campuran dua budaya.

Seni Bangunan

Arsitektur bangunan Islam di Indonesia sangat unik, menarik dan akulturatif. Seni ini menonjol di zaman perkembangan Islam ini terutama masjid, menara serta makam.

Masjid dan Menara

Di zaman perkembangan Islam nampak ada perpaduan. Antara unsur Islam dengan kebudayaan pra Islam yang telah ada sebelumnya. Beberapa contoh seni bangunan Islam yang menonjol adalah masjid yang berfungsi sebagai tempat beribadah bagi orang Islam.

Bangunan masjid-masjid kuno di Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
  • Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang. Tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
  • Umumnya letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun. Bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.

Makam

Makam-makam yang lokasinya di dataran dekat masjid agung, bekas kota pusat kesultanan antara lain :

  • Sultan-sultan Demak di samping Masjid Agung Demak
  • Raja-raja Mataram-Islam Kota Gede (D.I. Yogyakarta)
  • Sultan-sultan Palembang
  • Sultan-sultan di daerah Nanggroe Aceh, yaitu kompleks makam di Samudera Pasai
  • Sultan Ternate di Ternate
  • Sultan-sultan Goa di Tamalate
  • Kompleks makam raja-raja di Jeneponto dan kompleks makam di Watan Lamuru (Sulawesi Selatan)

Makam-makam di berbagai daerah lainnya di Sulawesi Selatan, serta kompleks makam Selaparang di Nusa Tenggara dan masih banyak yang lainnya.

Di beberapa tempat terdapat makam-makam yang penempatannya berada di daerah dataran tinggi. Seperti makam sunan :

  • Bonang di Tuban
  • Derajat (Lamongan)
  • Kalijaga di Kadilangu (Demak)
  • Kudus di Kudus
  • Maulana Malik Ibrahim dan makam Leran di Gresik (Jawa Timur)
  • Datuk Ri Bkalianng di Takalar (Sulawesi Selatan)
  • Syaikh Burhanuddin (Pariaman)
  • Syaikh Kuala atau Nuruddin ar-Raniri (Aceh) dan masih banyak para dai lainnya di tanah air yang dimakamkan di dataran.

Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:

  • Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang tinggi.
  • Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga terbuat dari batu.
  • Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
  • Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam.
  • Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur di Tuban.

Makam-makam yang terletak di tempat-tempat tinggi menunjukkan kesinambungan tradisi yang merupakan pengejawantahan pendirian punden-punden berundak pada masa Megalitik. Tradisi tersebut dilanjutkan pada masa Hindu-Buddha dalam bentuk bangunan-bangunan yang disebut candi. Antara lain Candi Dieng yang berketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut, Candi Gedongsanga, Candi Borobudur. Percandian Prambanan, dan lain-lain.

Seni Ukir

Pada masa perkembangan Islam di zaman madya, berkembang ajaran bahwa seni ukir, patung, dan melukis makhluk hidup, apalagi manusia secara nyata, tidak diperbolehkan. Di Indonesia ajaran tersebut ditaati.

Hal ini menyebabkan seni patung di Indonesia pada zaman madya, kurang berkembang. Padahal pada masa sebelumnya seni patung sangat berkembang, baik patung-patung bentuk manusia maupun binatang. Akan tetapi, sesudah zaman madya, seni patung berkembang seperti yang dapat kita saksikan sekarang ini.

Walaupun seni patung untuk menggambarkan makhluk hidup secara nyata tidak diperbolehkan. Akan tetapi, seni pahat atau seni ukir terus berkembang. Para seniman tidak ragu-ragu mengembangkan seni hias dan seni ukir dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan seperti yang telah dikembangkan sebelumnya.

Kemudian juga ditambah seni hias dengan huruf Arab (kaligrafi). Bahkan muncul kreasi baru, yaitu kalau terpaksa ingin melukiskan makluk hidup, akan disamar dengan berbagai hiasan, sehingga tidak lagi jelas-jelas berwujud binatang atau manusia.

Aksara dan Seni Sastra

Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh dalam bidang aksara atau tulisan. Bahkan huruf Arab digunakan di bidang seni ukir. Berkaitan dengan itu berkembang seni kaligrafi. Di samping pengaruh sastra Islam dan Persia, perkembangan sastra di zaman madya tidak terlepas dari pengaruh unsur sastra sebelumnya.

Dengan demikian terjadilah akulturasi antara sastra Islam dengan sastra yang berkembang di zaman pra Islam. Seni sastra di zaman Islam terutama berkembang di Melayu dan Jawa. Dilihat dan corak dan isinya, ada beberapa jenis seni sastra seperti berikut.

Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah ataupun dongeng. Dalam hikayat banyak ditulis berbagai peristiwa yang menarik, keajaiban, atau hal-hal yang tidak masuk akal. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Hikayat-hikayat yang terkenal, misalnya Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat si Miskin, Hikayat 1001 Malam, Hikayat Bayan Budiman, dan Hikayat Amir Hamzah.

Babad mirip dengan hikayat. Penulisan babad seperti tulisan sejarah, tetapi isinya tidak selalu berdasarkan fakta. Jadi, isinya campuran antara fakta sejarah, mitos dan kepercayaan. Di tanah Melayu terkenal dengan sebutan tambo atau salasilah. Contoh babad adalah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Mataram, dan Babad Surakarta.

Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan karya sastra berupa sajak-sajak yang terdiri atas empat baris setiap baitnya. Contoh syair sangat tua adalah syair yang tertulis pada batu nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.

Suluk merupakan karya sastra yang berupa kitab-kitab dan isinya menjelaskan soal-soal tasawufnya. Contoh suluk yaitu Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Malang Sumirang

Bidang Kesenian

Di Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernapas Islam yang bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam. Kesenian tersebut, misalnya sebagai berikut :

  • Permainan debus, yaitu tarian yang pada puncak acara para penari menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka. Tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al Quran dan salawat nabi. Tarian ini terdapat di Banten dan Minangkabau.
  • Seudati, sebuah bentuk tarian dari Aceh. Berasal dan kata syaidati yang artinya permainan orang-orang besar. Disebut juga saman artinya delapan. Tarian ini aslinya dimainkan oleh delapan orang penari. Para pemain menyanyikan lagu yang isinya antara lain salawat nabi.
  • Wayang, termasuk wayang kulit, Pertunjukan wayang sudah berkembang sejak zaman Hindu, akan tetapi, pada zaman Islam terus dikembangkan Kemudian berdasarkan cerita Amir Hamzah dikembangkan pertunjukan wayang golek.

Pemerintahan

Pada zaman awal, budaya yang kental adalah budaya kerajaan dimana rakyat menghormati raja. Kemudian masuk beberapa agama seperti hindu dan budha, sehingga rakyat juga menghormati brahmana dan juga biksu. Menganggap raja adalah titisan atau reinkarnasi dewa. Sehingga harus dimakamkan di candi atau pura.

Selanjutnya muncul ajaran agama islam, yang juga mempengaruhi budaya kerajaan. Dimana raja dan para pejabat kerajaan tidak boleh disembah, hanya boleh di hormati saja. Ketika meninggal maka dikubur berdasarkan cara islam.

Kemudian zaman kerajaan runtuh, digantikan oleh sistem pemerintahan republik. Dimana pemimpinnya adalah presiden, hal ini terjadi setelah adanya pengaruh budaya eropa setelah masa penjajahan.

Kalender

Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, beliau berusaha membenahi kalender Islam. Perhitungan tahun yang dipakai atas dasar peredaran bulan (komariyah). Umar menetapkan tahun 1 H bertepatan dengan tanggal 14 September 622 M, sehingga sekarang kita mengenal tahun Hijriyah.

Sistem kalender itu juga berpengaruh di Nusantara. Bukti perkembangan sistem penanggalan (kalender) yang paling nyata adalah sistem kalender yang diciptakan oleh Sultan Agung. Ia melakukan sedikit perubahan, mengenai nama-nama bulan pada tahun Saka.

Misalnya bulan Muharam diganti dengan Sura dan Ramadan diganti dengan Pasa. Kalender tersebut dimulai tanggal 1 Muharam tahun 1043 H. Kalender Sultan Agung dimulai tepat dengan tanggal 1 Sura tahun 1555 Jawa (8 Agustus 1633).

Cara Berpakaian dan Kebiasaan

Dalam pergaulan akulturasi budaya sangat kental terasa, baik dari kebiasaan maupun cara berpakaian. Misalkan saja pada zaman dulu, pakaian Jawa masih banyak dipakai, baik oleh kalangan bawah, menengah, maupun atas. Seiring dengan masuknya islam, pakaian berubah dari budaya jawa menjadi budaya islam. Sehingga muncullah jubah dan gamis.

Kemudian jawa islam mengakulturasi budaya cina, maka muncullah baju koko atau baju takwa. Selain itu kebiasaan-kebiasannya juga berbah. Salah satu contohnya adalah kalimat salam “Assalamualaikum” yang digunakan saat bertamu, berkomunikasi, maupun saling menyapa.

Contoh Akulturasi

Masuk dan berkembangnya budaya India ke Indonesia membawa pengaruh yang sangat besar. Sehingga menciptakan berbagai jenis kebudayaan yang merupakan perpaduan antara budaya India dengan Indonesia diantaranya adalah:

Bangunan

Munculnya budaya Hindu-Budha di Indonesia sangat besar terhadap bangunan terutama pada bangunan candi. Pada dasarnya bangunan candi merupakan pembangunan bangsa Indonesia pada zaman megalitikum yaitu bangunan punden berundak sehingga berwujud sebuah candi.

Seni Ukir/Seni Rupa

Unsur seni rupa India telah masuk ke Indonesia terbukti dengan ditemukannya patung Budha berlanggam gandaran di kota bangun. Juga dapat ditemukan di candi borobudur berupa relief yang menceritakan Budha Gautama.

Seni Sastra

Seni sastra India turut memberi warna dalam seni sastra di Indonesia. Bahasa Sansekerta sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra Indonesia. Terbukti dengan banyak ditemukannya prasasti-prasasti di Indonesia yang menggunakan bahasa sansekerta dan hurup pallawa.

Sosial

Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat. Misalnya dalam Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta.

Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak terjadi perubahan. Karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha.

Kalender

Wujud akulturasi kebudayaan Hindu ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah dengan diadopsinya sistem penanggalan India yang menggunakan tahun saka. Disamping itu, ditemukan “candrasangakala” / kronogram, dalam usaha memperingati peristiwa dengan kalender saka.

Filsafat

Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu animisme dan dinamisme. Kemudian masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia mengakibatkan terjadinya percampuran antara kedua kepercayaan. Namun tidak meninggalkan kepercayaan asli Indonesia, terutama dilihat dari segi pemujaan roh nenek moyang dan pemujaan terhadap dewa-dewa alam.

Pemerintahan

Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia sistim pemerintahan berlaku di Indonesia adalah kepala suku dimana salah seorang kepala suku merupakan pimpinan yang dipilih dari kelompok sukunya karena memiliki kelebihan dibanding anggota lain dan berlangsung secara demokrasi, akan tetapi setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha, tata pemerintahan sesuai dengan pemerintahan di India yaitu seorang raja bukan seorang kepala suku, dan pemerintahan raja memerintah secara turun temurun.

Demikian ulasan singkat tentang Alkulturasi : Pengertian, Contoh, Proses dan Bentuknya (Lengkap). Semoga dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan untuk kita semua. Terimakasih.